Jargon Paradigma Baru seolah menjadi bumerang bagi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Di saat banyak tokoh Islam yang simpati terhadap “perubahan” LDII, banyak warga LDII malah memilih hijrah, keluar dari organisasi yang identik dengan Islam Jamaah ini. Ada apa?
Kesibukan Rikrik Aulia Rahman kini bertambah. Selain mengurus toko grosir dan warung internet, pria berumur 26 tahun ini juga sibuk mengelola blog, milis, serta mengasuh diskusi via fasilitas obrolan internet, Yahoo Messenger. Topik diskusinya: LDII, Islam Jamaah, Manqul, Bai’at, Amir, dan segala hal yang berkaitan dengan aliran sesat Islam Jamaah/Darul Hadits yang telah dilarang lewat SK Jaksa Agung RI No. Kep-089/D.A/10/1971 ini.
“Setiap hari ada saja pengunjug. Selain dari berbagai daerah di Indonesia, pengunjung juga datang dari Australia, Amerika Serikat, Inggris, hingga Mesir,” ujar Rikrik mantan jamaah LDII/Islam Jamaah yang kini mukim di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat kepada Suara Hidayatullah pertengahan April lalu.
Menurut Rikrik, para pengunjug situs dan peserta diskusi adalah para mantan jamaah atau jamaah aktif LDII/Islam Jamaah. Selain berdiskusi, kata Rikrik, peserta juga berbagi pengalaman mereka tentang kejanggalan-kejanggalan ajaran Islam Jamaah yang selama ini bersembunyi di balik organisasi LDII. Pembaca bisa ikut melihatnya di http://www.rumahku-indah.blogspot.com/.
Rikrik yang lahir dalam keluarga Islam Jamaah ini mengakui maraknya hijrah di kalangan LDII/Islam Jamaah akhir-akhir ini. Yang terdaftar di milis “Jamaah 354 Hijrah” yang dikelolanya saja berjumlah 100 orang lebih. Ini belum termasuk keluarga-keluarga mantan jamaah di daerah yang tidak akrab dengan internet. Kebanyakan mereka kini aktif mengikuti kajian-kajian salafi, yang berfokus pada pembenahan manhaj (cara beragama) sesuai manhaj Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam (SAW) dan para sahabatnya .
Menurut pengamatan Suara Hidayatullah, para “muhajirin” dan “calon muhajirin” bukan hanya dari kalangan jamaah biasa saja, tapi juga para mubaligh, imam desa, pengurus cabang dan daerah, hingga kalangan paku bumi (ulama). Bahkan salah seorang Wakil Empat dari Amir LDII/Islam Jamaah berinisial ML, juga hijrah akhir tahun 2008 lalu.
ML hijrah pasca Rapat Kerja Nasional LDII pada Maret 2007 lalu, yang memunculkan delapan poin klarifikasi LDII. Isinya antara lain Paradigma Baru LDII, bantahan tentang kaitan LDII dengan Islam Jamaah, bantahan tentang sistem keamiran, LDII tidak menganggap kafir dan najis umat Islam di luar jamaahnya, dan bantahan tentang doktrin manqul yang melarang belajar kepada selain pengajar LDII. (Himpunan Hasil Rakernas LDII 2007, DPP LDII, hal. 24-26).
Di kala aksi hijrah merebak di internal LDII/Islam Jamaah, umat Islam dan tokoh Islam malah bersimpati dengan Paradigma Baru LDII. KH Ma’ruf Amin, misalnya. Meski kehadirannya pada Rekernas LDII 2007 lalu atas nama pribadi, tidak sebagai Ketua MUI, hal itu menjadi angin segar bagi LDII yang sedang banting tulang mengupayakan status “tidak sesat” dari MUI. “Saya simpati kepada LDII, karena LDII ingin tampil dengan paradigma baru. Saya ikut mendorong supaya proses-proses klarifikasi dapat lebih cepat dilakukan,” ujar Ma’ruf saat tampil sebagai pembicara di Rakernas LDII, Maret 2007 lalu.
Namun, hasil selusuran Suara Hidayatullah kepada para mantan jamaah, bahkan pengurus aktif LDII berbicara lain. “Saya sudah capek beragama dengan berbohong terus,” keluh Ujang (nama samaran) seorang jamaah LDII/Islam Jamaah asal Jawa Barat. Karena masih aktif sebagai pengurus LDII, Ujang minta namanya dirahasiakan.
Pernyataan Ujang diamini oleh para mantan jamaah LDII lainnya, termasuk ML, sang bekas Wakil Empat Amir LDII/Islam Jamaah. Menurut ML, bisa dimaklumi jika LDII berkeras mengingkari soal adanya amir yang dibaiat di LDII, atau keyakinan jamaah LDII yang mengkafirkan umat Islam di luar jamaahnya. Hal tersebut, kata ML memang tidak terdapat di LDII, tetapi ada di keamiran yang berpusat di Ponpes Burengan, Kediri, Jawa Timur.
“LDII cuma sekadar kedok saja. Organisasi formal agar diterima masyakarat. Padahal, seluruh pengurus termasuk ketua umumnya dalam kendali penuh Amir Islam Jamaah, Abdul Aziz. Amir ketiga Islam Jamaah yang juga anak kandung pendirinya, K.H Nurhasan al-Ubaidah,“ ujar ML kepada Suara Hidayatullah.
Menurut data yang ada pada Suara Hidayatullah, gejolak hijrah jamaah LDII terdapat di Sumatera bagian barat, beberapa daerah di Sulawesi seperti Makassar dan Gorontalo, serta Jawa. Salah seorang di antaranya adalah Irwan Taniboya (50) di Gorontalo. Irwan pernah menjabat sebagai wakil ketua tingkat I pada 1980-an, saat LDII masih bernama Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI). Irwan memutuskan untuk hijrah akhir 2008 lalu setelah memahami kesesatan ajaran LDII/Islam Jamaah, yakni mengkafirkan orang Islam di luar jamaah. Selain keluarganya, hijrah juga dilakukan oleh beberapa mubaligh, pengurus organisasi, hingga sekretaris DPD II LDII Gorontalo.
Ketua Umum DPP LDII, Abdullah Syam mengaku tidak ada laporan tentang aksi hijrah di kalangan warganya. “Jumlah yang jutaan itu, saya tidak hapal yang keluar dan yang masuk,” jawabnya kepada Suara Hidayatullah. Namun yang jelas katanya, warga LDII banyak yang sibuk menjadi calon anggota legislatif dalam pemilu. Mereka maju lewat Partai Golkar, Demokrat, dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).
*Surya Fachrizal/Suara Hidayatullah MEI 2009